null

Khasiat Bidara Laut Untuk Melancarkan Peredaran Darah & Menjaga Kesehatan Kulit

Diposting oleh EK on 3rd May 2019

Tanaman Bidara Laut mempunyai nama latin Strychnos ligustrina BL dari famili Longaniacea. Termasuk dalam tanaman semak dengan tinggi batang kayu mencapai 2 meter. Memiliki akar berwarna kuning kecokelatan. Semua bagian tanaman memiliki rasa pahit. Tapi jangan salah, tanaman ini memiliki manfaat seperti untuk menghaluskan dan mengencangkan kulit. Bahkan sering digunakan sebagai bahan baku kosmetik perawatan kulit.

Ciri-ciri umum tanaman Bidara Laut

Bidara Laut termasuk semak dengan tinggi sekitar 2 meter. Memiliki batang kayu keras dan kecil, kuat serta berwarna kuning pucat. Akarnya berwarna kuning sampai sawo matang. Jika dibelah akarnya terdapat pembuluh tapis berwarna putih dan berkilauan. Semua bagian tanaman bidara laut terutama buah, kulit akar, bagian bawah pokok, dan daunnya terasa pahit.

Kandungan kimia

Strikhnina dan brusina

Penelitian pada Bidara Laut

  1. Lenny Dwi Nuraeni,dkk, Departemen Farmasi ITB, pada skripsinya tahun 2003, telah melakukan uji kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak kayu bidara laut dengan antibiotik pembanding. Pengujian dilakukan dengan metode lempeng silinder untuk penetapan potensi antibiotik, hasilnya kayu bidara laut mempunyai daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus sebesar 5.957 mg/ml.
  2. Dalam kajian ilmiah tentang "Informasi Ilmiah Kegunaan Kosmetika Tradisional" dikatakan bahwa bidara laut termasuk kategori bahan obat yang bersifat antibakteri dan antijamur. Ada lagi penelitian mengenai pengaruh infus bidara laut terhadap efek antiradang pada tikus putih Wistar. Untuk meradangkan tikus digunakan karagen. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata infus bidara laut pada takaran tertentu mempunyai efek antiradang yang bermakna.
  3. Penelitian lain pada tahun 1979 oleh Isandra P, dkk, Sekolah Farmasi ITB melakukan pengujian efek antiradang dan anti nyeri pada kayu bidara laut. Dalam pengujian itu dihasilkan suatu kesimpulan bahwa infus 10% dengan dosis tunggal 100, 200, 400, dan 800 mg/kg bb secara oral menunjukkan efek antiradang dan anti nyeri.

Khasiat dan Manfaat Bidara Laut

  • Membersihkan darah
  • Melancarkan peredaran darah
  • Sebagai anti inflamasi, analgesik, dan diaforetik
  • Mengobati rematik (nyeri persendian), malaria, radang kulit bernanah, luka digigit ular, obat cacing, tonikum
  • Meningkatkan nafsu makan
  • Menyegarkan kulit wajah
  • Mengobati sakit perut, bisul (obat luar), kurap, borok, dan cacar

Cara Pengolahan Bidara Laut Secara Tradisional

  1. Untuk menyegarkan kulit wajah: Siapkan 100 mg bidara laut dan 10 lembar pegagan segar diseduh dengan 100 ml air panas. Diamkan hingga semua bahan larut. Minum sekali sehari @100 ml selama diperlukan.
  2. Untuk mengobati rematik: Siapkan 100 mg bidara laut, 8 g daun jambu mete muda, 2 gram biji seledri, 100 ml air. Campurkan semua bahan dan rebus. Ramuan diminum sehari sekali selama 2 minggu.

Produk herbal dari bahan bidara lau contohnya adalah Aluss dari Sido Muncul. Aluss bermanfaat untuk menghaluskan dan menyehatkan kulit. Suplemen ini memberikan manfaat bagi kulit dan aman dikonsumsi. Tidak hanya menghilangkan jerawat, namun juga mampu menghilangkan bercak hitam di wajah dan mencegah penuaan dini. 

Aluss memiliki formula di dalamnya yang berkhasiat pula sebagai antiradang, dan sebagai antiseptik yang dapat membunuh kuman penyebab jerawat sehingga kulit akan menjadi mulus, cantik, dan sehat.

Satu botol berisi 30 kapsul yang diproduksi secara modern dan higienis berstandar CPOB atau GMP. Prosesnya menggunakan suhu di bawah 60 derajat celsius, sehingga kandungan dan zat aktifnya tetap terjaga. Aturan minumnya sangat mudah, untuk proses penyembuhan minumlah 2 x 2 kapsul sehari. Sedangkan untuk pencegahan bisa diminum 2 x 1 kapsul sehari. Tetapi tidak disarankan untuk dikonsumsi wanita hamil dan menyusui.

Referensi:

  1. Dharma, A.P.1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka. hal. 54
  2. Sastroamidjojo, Seno. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat.hal.50-51
  3. Suharmiati. 2003. Menguak Tabir dan potensi Jamu Gendong. Agromedia Pustaka.hal.8